Minggu, 20 Maret 2011

Alex Flinn

Selengkapnya: Menambahkan Informasi Penulis/Author pada Artikel | Blogger Tune-Up http://modification-blog.blogspot.com/2010/09/menambahkan-informasi-penulisauthor.html#ixzz1HCqlSNAi Under Creative Commons License: Attribution
I was born in a log cabin in the Big Woods of . . . okay, maybe not. I was born in a small town on Long Island, New York. When I was five years old, my mom said that I should be an author. I guess I must have nodded or something because, from that point on, every poem I ever wrote in school was submitted to Highlights or Cricket magazine. I was collecting rejection slips at age seven!

Sandra LunchboxI learned to read early and often. But I compensated for this early proficiency by absolutely refusing to read the programmed readers required by the school system — workbooks where you read the story, then answered the questions. When the other kids were on Book 20, I was on Book 1! My teacher, Mrs. Zeiser, told my mother, “Alexandra marches to her own drummer.” I don’t think that was supposed to be a good thing. Now, when my daughter, Katie, brings home FCAT prep materials where you are supposed to read a passage and answer questions, I want to ask the teacher, “Does she really need to do this? She can read!!!”

My favorite authors were Astrid Lindgren, Beverly Cleary, Judy Blume, Marilyn Sachs, and Laura Ingalls Wilder. I also read A Little Princess by Frances Hodgson Burnett about 50 times. I think I always thought Ram Dass and his monkey might sneak into my room with a magical picnic all my own!

My family moved to Miami when I was in middle school. I had a really hard time making friends, so I spent a lot of time reading and writing then. But unlike Christopher Paolini or Amelia Atwater-Rhodes, I never finished writing a novel. That was also when I learned to be a keen observer (Picture Harriet the Spy). By high school, I’d made some friends and gotten involved in various “gifted and talented” performing arts programs. I studied opera in college (I’m a coloratura — the really loud, high-pitched sopranos.) and then went to law school.

It was law school that probably helped with my first novel. Breathing Underwater deals with the serious and all-too-common problem of dating violence. I based the book on my experiences interning with the State Attorney’s Office and volunteering with battered women. I thought this was a really important topic, as 27 % of teenage girls surveyed have been hit by a boyfriend. I’m happy that the book is so popular, and if you are reading this bio because the book was assigned for school, I’m happy about that too.

Alex at 13I started writing an early (and laughable) version of Breathing Underwater in college (I was really bored on a car trip with my parents). I didn’t get back to it until I had my first daughter, Katie. I’m self-taught. I went to the library and took out books on writing. Then, I read a lot of young-adult novels by writers I admired, particularly Richard Peck. Reading his books is like listening to Mozart — you learn the right way to write a novel. Then, you fill in your own style. I actually got to meet Richard Peck in person at a workshop of the Key West Literary Seminar. Lots of writers have been really helpful to me, especially Richard and fellow YA author, Joyce Sweeney.

I write my first drafts longhand. At first, I did that because I didn’t own a computer. Then, I borrowed a memory typewriter and finally purchased a computer three years after I began writing. A year later Breathing Underwater was finished then accepted.

I think I write for young-adults because I never quite got over being one. In my mind, I am still 13-years-old, running laps on the athletic field, wearing this really baggy white gymsuit. I’m continually amazed at the idea that I have a checking account and a mortgage. So I try to write books that gymsuit girl might enjoy. It’s a way of going back to being thirteen . . . knowing what I know now.

Right now, I live half a mile away from my old middle school, in Palmetto Bay, a suburb of Miami, with my husband, Gene, and daughters, Katie and Meredith.

Kamis, 17 Maret 2011

Jeff Kinney

Selengkapnya: Menambahkan Informasi Penulis/Author pada Artikel | Blogger Tune-Up http://modification-blog.blogspot.com/2010/09/menambahkan-informasi-penulisauthor.html#ixzz1HCqlSNAi Under Creative Commons License: Attribution
Jeff Kinney merupakan pengembang game online dan desainer, dan penulis bestseller. Pada tahun 2009 versi #1 New York Times , Jeff sebagai salah satu dari 100 Orang Paling Berpengaruh di Dunia versi majalah Time. Dia menghabiskan masa kecilnya di wilayah Washington, DC, dan pindah ke New England pada tahun 1995. Jeff tinggal di Massachusetts selatan bersama istri dan kedua anaknya.




Buku - buku Jeff Kinney :

Ippho Santosa

Selengkapnya: Menambahkan Informasi Penulis/Author pada Artikel | Blogger Tune-Up http://modification-blog.blogspot.com/2010/09/menambahkan-informasi-penulisauthor.html#ixzz1HCqlSNAi Under Creative Commons License: Attribution
Ia lahir pada 30 Desember 1977 di Pekanbaru, dari orangtua yang berasal dari Jawa dan Sumatera. Setelah berkarier sebagai marketer di Malaysia dan Indonesia, kemudian ia mendirikan dan menjalankan EnterTrend Training, di mana puluhan puluhan ribu orang dan ratusan perusahaan di Indonesia dan Singapura telah menjadi peserta pelatihan dan seminarnya.




Kini publik dan media massa mengenalnya sebagai:
  • Pakar otak kanan (creative marketer).
  • Penulis buku-buku mega-bestseller (masuk MURI).
  • Pembicara seminar di Indonesia dan Singapura.
  • Pemilik TK dan PG Khalifah di belasan kota.
Ia telah menulis belasan buku bisnis dan motivasi. Buku-bukunya yang paling laris, selalu diseminarkan, dan menjadi seri otak kanan adalah:

Michelle Zink

Selengkapnya: Menambahkan Informasi Penulis/Author pada Artikel | Blogger Tune-Up http://modification-blog.blogspot.com/2010/09/menambahkan-informasi-penulisauthor.html#ixzz1HCqlSNAi Under Creative Commons License: Attribution
Michelle Zink lives in New York and has always been fascinated with ancient myths and legends. Never satisfied with simply reading them, she usually ends up asking, "What if?" Sometimes asking only leads to more questions, but every now and then, when everything falls into place just right, a story is born. Prophecy of the Sisters is one of those stories.




 Michelle Zink books : 
  • Prophecy of the Sisters (Prophecy of the Sisters Trilogy, Book I)
  • Guardian of the Gate (Prophecy of the Sisters, Book 2) 
  • Circle of Fire (Prophecy of the Sisters, Book 3)
  • Prophecy of the SistersZink, Michelle [1]. Prophecy of the sisters ] Die Prophezeiung der Schwestern. - Muenchen : cb

Selasa, 08 Maret 2011

Richard Branson

Selengkapnya: Menambahkan Informasi Penulis/Author pada Artikel | Blogger Tune-Up http://modification-blog.blogspot.com/2010/09/menambahkan-informasi-penulisauthor.html#ixzz1HCqlSNAi Under Creative Commons License: Attribution
Saya lahir pada tahun 1950 dan bersekolah di Stowe School. Di sinilah yang saya membuat majalah Siswa ketika saya masih 16.
Pada tahun 1970 saya mendirikan Virgin sebagai pengecer rekaman mail order, dan tak lama setelah itu saya membuka toko rekaman di Oxford Street, London. Pada tahun 1972 kami membangun sebuah studio rekaman di Oxfordshire yang di mana artis Virgin pertama, Mike Oldfield, merekam 'Tubular Bells'.
Pada tahun 1977 kami menandatangani Sex Pistols dan kami pergi untuk menandatangani nama-nama rumah tangga banyak dari Culture Club ke Rolling Stones, membantu untuk membuat Virgin Music salah satu dari enam perusahaan terkemuka di dunia rekaman.
Dengan sekitar 200 perusahaan di lebih dari 30 negara, Virgin Group sekarang telah diperluas menjadi waktu senggang, perjalanan, pariwisata, mobile, broadband, TV, radio, festival musik, keuangan dan kesehatan dan melalui Virgin Green Fund kita berinvestasi dalam Perbaharuan energi dan efisiensi sumber daya .
Pada bulan Februari 2007, kami mengumumkan Virgin Earth Challenge - hadiah $ 25 juta untuk mendorong giat teknologi yang akan menghasilkan penghapusan bersih antropogenik, gas rumah kaca di atmosfer. Pada bulan Juli tahun yang sama saya mendapat kehormatan untuk bergabung dengan teman baik saya Peter Gabriel, Nelson Mandela, Graça Machel, dan Desmond Tutu untuk mengumumkan pembentukan The Sesepuh, sekelompok pemimpin untuk berkontribusi kebijaksanaan mereka, kepemimpinan yang independen dan integritas untuk mengatasi beberapa masalah di dunia terberat.
Saya juga sangat bangga dengan karya Virgin Unite, not-for-profit pondasi bisnis kami, yang terus fokus pada pendekatan kewirausahaan terhadap isu-isu sosial dan lingkungan dan menikmati mendukung pekerjaan mereka dalam setiap cara yang aku bisa. 
Source : http://www.virgin.com
Buku-buku yang di tulis :

Ahmad Fuadi (A.Fuadi)

Selengkapnya: Menambahkan Informasi Penulis/Author pada Artikel | Blogger Tune-Up http://modification-blog.blogspot.com/2010/09/menambahkan-informasi-penulisauthor.html#ixzz1HCqlSNAi Under Creative Commons License: Attribution
Anak Maninjau pemegang 8 beasiswa dari luar negeri. A. Fuadi lahir di nagari Bayur, sebuah kampung kecil di pinggir Danau Maninjau tahun 1972, tidak jauh dari kampung Buya Hamka. Ibunya guru SD, ayahnya guru madrasah.

Lalu Fuadi merantau ke Jawa, mematuhi permintaan ibunya untuk masuk sekolah agama. Di Pondok Modern Gontor dia bertemu dengan kiai dan ustad yang diberkahi keikhlasan mengajarkan ilmu hidup dan ilmu akhirat.
Gontor pula yang membukakan hatinya kepada rumus sederhana tapi kuat, ”man jadda wajada”, siapa yang bersungguh ­sungguh akan sukses.

Juga sebuah hukum baru: ilmu dan bahasa asing adalah anak kunci jendela-jendela dunia. Bermodalkan doa dan manjadda wajada, dia mengadu untung di UMPTN. Jendela baru langsung terbuka. Dia diterima di jurusan Hubungan Internasional, UNPAD.

Semasa kuliah, Fuadi pernah mewakili Indonesia ketika mengikuti program Youth Exchange Program di Quebec, Kanada. Di ujung masa kuliah di Bandung, Fuadi mendapat kesempatan kuliah satu semester di National University of Singapore dalam program SIF Fellowship. Lulus kuliah, dia mendengar majalah favoritnya Tempo kembali terbit setelah Soeharto jatuh. Sebuah jendela baru tersibak lagi, Tempo menerimanya sebagai wartawan. Kelas jurnalistik pertamanya dijalani dalam tugas-tugas reportasenya di bawah para wartawan kawakan Indonesia.

Selanjutnya, jendela-jendela dunia lain bagai berlomba-lomba terbuka. Setahun kemudian, dia mendapat beasiswa Fulbright untuk program S-2 di School of Media and Public Affairs, George Washington University. Merantau ke Washington DC bersama Yayi, istrinya—yang juga wartawan Tempo—adalah mimpi masa kecilnya yang menjadi kenyataan. Sambil kuliah, mereka menjadi koresponden TEMPO dan wartawan VOA. Berita bersejarah seperti peristiwa 11 September dilaporkan mereka berdua langsung dari Pentagon, White House dan Capitol Hill.

Tahun 2004, jendela dunia lain terbuka lagi ketika dia mendapatkan beasiswa Chevening untuk belajar di Royal Holloway, University of London untuk bidang film dokumenter. Kini, penyuka fotografi ini menjadi Direktur Komunikasi di sebuah NGO konservasi: The Nature Conservancy.

Tidak punya cukup uang untuk sekolah, Fuadi bekerja keras untuk mencari beasiswa sejak kuliah. Tidak sia-sia, sampai sekarang Fuadi telah mendapatkan 8 beasiswa dari luar negeri, membuat dia bisa mencicipi pengalaman belajar di Kanada, Singapura, Amerika Serikat dan Inggris.

Fuadi dan istrinya tinggal di Bintaro, Jakarta. Mereka berdua menyukai membaca dan traveling.
”Negeri 5 Menara” adalah buku pertama dari rencana trilogi. Buku-buku ini berniat merayakan sebuah pengalaman menikmati atmosfir pendidikan yang sangat inspiratif. Semoga buku ini bisa membukakan mata dan hati.  Dan menebarkan inspirasi ke segala arah.
Sebagian royalti diniatkan untuk merintis Komunitas Menara, sebuah organisasi sosial berbasis relawan (volunteer) untuk memajukan pendidikan khususnya buat orang yang tidak mampu. Ke depan, Komunitas Menara ingin menyediakan sekolah, perpustakaan, rumah sakit, dan dapur umum secara gratis buat kalangan yang tidak mampu.
Source http://www.negeri5menara.com 
 
Buku-buku yang di tulis  :

Ligwina Poerwo-Hananto

Selengkapnya: Menambahkan Informasi Penulis/Author pada Artikel | Blogger Tune-Up http://modification-blog.blogspot.com/2010/09/menambahkan-informasi-penulisauthor.html#ixzz1HCqlSNAi Under Creative Commons License: Attribution
Ligwina Poerwo-Hananto menerima Bachelor of Commerce, double major Finance dan Maketing dari Curtin University of Technology, Perth Western Australia, lalu menerima Master of Business Administration, major Investment Management, dari IP<I Business School, Jakarta. Ia mulai menawarkan jasa perencana keuangan independen pada September 2003 kepada teman dan kerabat, memulai cikal bakal QM Financial. Ligwina kerap menjadi narasumber di berbagai media massa

Dengarkan Klinik Keuangan Setiap Kamis 7,30-8,30 AM di Good Morning Hard Rockers Show 87,6 Jakarta Hard Rock FM
Follow Twitter @Mrshananto
Buku - buku yang pernah di tulis beliau :